Lestarikan Budaya Dayak Melalui Lomba Lukis Ornamen Telawang
PALANGKA RAYA,humanusantara.com – Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) Tahun 2025, tambah semarak dengan digelarnya lomba lukis ornamen Talawang.
Lomba tersebut menarik perhatian para seniman muda dari berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (Kalteng), yang digelar di UPT Museum Balanga Kalteng, Rabu (21/5/2025).
Talawang, perisai khas suku Dayak, menjadi media ekspresi dalam lomba itu, dengan ornamen tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya lokal.
Lomba itu digelar sebagai upaya nyata dalam melestarikan dan mengembangkan seni ornamen tradisional Kalteng, khususnya ornamen Talawang atau tameng khas suku Dayak.
Kegiatan itu memiliki beberapa tujuan utama diantaranya meningkatkan kompetensi berkesenian dalam kegiatan lukis ornamen daerah, meningkatan minat masyarakat terhadap seni budaya ornamen daerah agar tidak semakin terasing dari akar budaya daerahnya, menjadikan kesenian daerah tuan rumah di negeri sendiri yang berakar pada jiwa masyarakatnya, meningkatkan kreativitas masyarakat Kalteng agar dapat lebih aktif dalam menggali mengembangkan seni dan budaya daerah serta memperoleh data yang akurat untuk keperluan evaluasi dan tindak lanjut pembinaan dan pengembangan seni dan budaya pada masa yang akan datang.
Ketua Juri Lomba Pebruarison Lampang menyatakan, bahwa lomba tersebut terbuka bagi peserta usia produktif mulai dari 17 hingga 60 tahun.
“Kami ingin mengajak semua generasi, tua maupun muda, untuk berpartisipasi dalam melestarikan budaya daerah melalui seni lukis ornamen tradisional,” kata Pebruarison.
Lomba lukis ornamen Talawang menjadi salah satu dari dua cabang lomba baru yang diperkenalkan dalam FBIM 2025, selain Manjawet Uwei atau menganyam Rotan.
Kegiatan itu mendapat antusiasme tinggi dengan partisipasi dari 8 kabupaten/kota, Palangka Raya, Barito Utara (Barut), Barito Selatan (Barsel), Kapuas, Pulang Pisau (Pulpis), Katingan, Murung Raya (Mura) dan Gunung Mas (Gumas).
Penilaian karya peserta didasarkan pada tiga aspek utama, kesesuaian dengan tema ornamen Talawang, sterilisasi dan keaslian bentuk ornamen khas Kalteng serta estetika pewarnaan dan komposisi unsur seni rupa.
Pebruarison berharap lomba ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan dan ke depan melibatkan seluruh 14 kabupaten/kota se-Kalteng.
“Kami ingin seni dan budaya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bukan hanya warisan, tapi juga bagian dari kehidupan masyarakat saat ini,” ujarnya. (hns1/red)