Tari Pedalaman dengan Nilai Spiritualitas Dayak Semarakan FBIM 2025
PALANGKA RAYA,humanusantara.com – Berbagai kegiatan bernuansa lokal Dayak, selalu menghiasi Festival Budaya Isen Mulang (FBIM), yang digelar dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kalimantan Tengah (Kalten), setiap tahunnya.
Tidaklah mengherankan, jika FBIM masuk dalam daftar kalender event nasional setiap tahunnya, karena berbagai daya tarik budaya dan warisan masyarakat Adat Dayak, selalu menjadi magnet penarik wisatawan untuk menyaksikan secara langsung pagelaran budaya tersebut.
Dari berbagai event, salah satu yang cukup menarik disaksikan langsung adalah pagelaran tari pedalam, khususnya tarian pedalaman suku Dayak.

Lomba tari pedalaman kembali digelar dengan semarak dan penuh makna dalam FBIM 2025, sebagai rangkaian peringatan hari jadi ke-68 Kalteng. Kegiatan itu dilangsungkan di Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya, Rabu (21/5/2025).
Lomba kali ini mengangkat tema “Kumandang Syair dalam Jelajah Ritual Aji Guna”, yang menjadi dasar eksplorasi para koreografer dalam mengolah syair dan mantra sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan pencarian makna kehidupan.
Tema tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan tari yang sarat ekspresi.

Syair dan mantra dalam kehidupan ritual masyarakat pedalaman tidak dipindahkan secara langsung ke atas panggung, melainkan diinterpretasikan melalui ekspresi gerak, suara, dan visual yang kuat.
Tari menjadi medium reflektif untuk menyuarakan nilai-nilai spiritual dan kebijaksanaan lokal yang terus hidup dalam masyarakat.
Koordinator lomba Wildae D Binti menyampaikan, apresiasi atas partisipasi aktif generasi muda dalam lomba tahun ini, terutama atas kreativitas mereka dalam menginterpretasikan tema.
“Saya sangat bangga karena tahun ini bermunculan karya koreografer muda yang dibawakan oleh para penari dan pemusik muda. Ini menunjukkan bahwa seni tari Kalteng diminati dan berkembang signifikan di kalangan generasi muda,” kata Wildae.
Ia juga berharap semangat generasi muda terus dipupuk dan dipelihara sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pemajuan seni budaya di Bumi Tambun Bungai.
Lomba diikuti oleh 10 peserta dari berbagai kabupaten/kota se-Kalteng. Penjurian dilakukan oleh tiga tokoh seni tari dan budaya berpengalaman, Gandung Djatmito, Budi Jaya Habibie dan Tris Sofia Wartina.
Para pemenang lomba tahun ini meliputi Penyaji Terbaik I diraih oleh Palangka Raya, Terbaik II Barito Timur (Bartim), Terbaik III Katingan, Terbaik IV Kapuas, Terbaik V Murung Raya (Mura) dan Terbaik VI Barito Utara (Barut).
Kemudian untuk Penata Tari Terbaik diraih oleh Palangka Raya, Penata Rias dan Busana Terbaik Katingan dan Penata Musik Terbaik Bartim. (mmc-kt/hns1/red)